468x60 Ads

bahasa indonesia

A. Sinonim
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip.
Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata.
Contoh Sinonim :
- binatang = fauna
- bohong = dusta
- haus = dahaga
- pakaian = baju
- bertemu = berjumpa

B. Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain.
Antonim disebut juga dengan lawan kata.
Contoh Antonim :
- keras x lembek
- naik x turun
- kaya x miskin
- surga x neraka
- laki-laki x perempuan
- atas x bawah

C. Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama.
Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homofon.
Contoh Homograf :
- Amplop
+ Untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita harus menggunakan amplop (amplop = amplop surat biasa)
+ Agar bisa diterima menjadi pns ia memberi amplop kepada para pejabat (amplop = sogokan atau uang pelicin)
- Bisa
+ Bu kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya (bisa = mampu)
+ Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun)

Contoh Homofon :
- Masa dengan Massa
+ Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
+ Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum)

Tambahan :
- Anonim adalah tidak memiliki nama atau tidak diberikan nama.

Sinonim, antonim, homonim, homofon, homograf, polisemi, hipernim, dan hiponim

Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata. Contoh:
  • binatang = fauna
  • bohong = dusta
  • haus = dahaga
  • pakaian = baju
  • bertemu = berjumpa
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata. Contoh:
  • keras x lembek
  • naik x turun
  • kaya x miskin
  • surga x neraka
  • laki-laki x perempuan
  • atas x bawah
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homofon. Contoh:
  • Amplop (homofon)
    • Untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita harus menggunakan amplop (amplop = amplop surat biasa)
    • Agar bisa diterima menjadi pns ia memberi amplop kepada para pejabat (amplop = sogokan atau uang pelicin)
  • Bisa (homofon)
    • Bu kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya (bisa = mampu)
    • Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun)
  • Masa dengan Massa (homograf)
    • Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
    • Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum)
Polisemi adalah kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Satu kata seperti kata "kepala" dapat diartikan bermacam-macam walaupun arti utama kepala adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas leher. Contoh:
  • Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu sekarang menjadi kepala sekolah smp kroto emas. (kepala bermakna pemimpin).
  • Kepala anak kecil itu besar sekali karena terkena penyakit hidrosepalus. (kepala berarti bagian tubuh manusia yang ada di atas).
  • Tiap kepala harus membayar upeti sekodi tiwul kepada ki joko cempreng. (kepala berarti individu).
  • Pak Sukatro membuat kepala surat untuk pengumuman di laptop eee pc yang baru dibelinya di mangga satu. (kepala berarti bagian dari surat).
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim. Contoh :
  • Hipernim : Hantu. Hiponim : Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo, suster ngesot, dan lain-lain.
  • Hipernim : Ikan. Hiponim : Lumba-lumba, tenggiri, hiu, betok, mujaer, sepat, cere, gapih singapur, teri, sarden, pari, mas, nila, dan sebagainya.
  • Hipernim : Odol. Hiponim : Pepsodent, ciptadent, siwak f, kodomo, smile up, close up, maxam, formula, sensodyne, dll.
  • Hipernim : Kue. Hiponim : Bolu, apem, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur, lapis, bolu kukus, bronis, sus, dsb.
Sumber: organisasi.org
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki kesamaan arti secara struktural atau leksikal dalam berbagai urutan kata-kata sehingga memiliki daya tukar (substitusi).
  1. Sinonim mutlak: kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa mengubah makna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat. Contoh:
    • kosmetik = alat kecantikan (h.337)
    • laris = laku, larap (h.364)
    • leksikografi = perkamusan (h.371)
    • kucing = meong (h. 341)
  2. Sinonim semirip: kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan tertentu tanpa mengubah makna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata/frasa/klausa/kalimat tersebut saja. Contoh:
    • melatis = menerobos  (h. 365)
    • lahiriah = jasmaniah (h.352)
  3. Sinonim  selingkung: kata-kata yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan tertentu saja secara struktural dan leksikal. Contoh:  lemah = lemas (h.372)
Relasi makna adalah kata-kata yang secara makna memiliki tautan, termasuk sinonim, antonim, homonim, dan hipernim, tetapi makna dasar kata-kata tersebut tidak dapat dipertukarkan secara sewenang-wenang mengingat adanya kemungkinan terjadinya perubahan makna, atau pergeseran makna. Contoh:
  • menguntit = mengikuti (h.345)
  • berjalan = beroperasi

Antonim adalah kata-kata yang memiliki pertalian makna bertentangan secara penuh atau secara sebagian dalam berbagai urutan kata.

  1. Antonim berpasangan: kata-kata yang secara makna jelas bertentangan karena didasarkan pada makna pasangannya sehingga tidak bisa dipertentangkan tanpa kehadiran makna pasangannya. Jika salah satu unsur dinegatifkan, tidak secara serta-merta memunculkan pasangannya. Contoh:
    • (ber)-dosa >< suci  (tidak (ber)-dosa ≠suci)
    • istri >< suami  (bukan istri ≠ suami)
    • pembeli >< penjual (bukan pembeli ≠ penjual)
  2. Antonim melengkapi: kata-kata yang secara makna bertentangan, tetapi kehadiran makna salah satu kata bersifat melengkapi kehadiran makna yang lain. Contoh:
    • pertanyaan >< jawaban
    • mencari >< menemukan
  3. Antonim berjenjang: kata-kata yang secara makna mengandung pertentangan, tetapi pertentangan makna ini bersifat berjenjang/bertahap/bertingkat. Contoh:
    • dingin >< hangat >< panas
    • kaku >< lentur >< elastis
    • mahal >< wajar >< murah
Kontras adalah kata-kata yang mengandung seluruh atau sebagian makna yang bertentangan secara tajam dan jelas. Jika kata-kata semacam ini dinegatifkan, makna kata yang menjadi penentangnya akan serta-merta muncul. Contoh:
  • kaya >< melarat; kaya >< miskin. kaya mengandung makna yang bertentangan secara tajam terhadap melarat, tetapi merupakan antonim melengkapi terhadap miskin.
  • pintar >< tolol; pintar >< bodoh. pintar mengandung makna yang bertentangan secara tajam terhadap tolol, tetapi merupakan antonim melengkapi terhadap bodoh.
  • melarat – miskin atau tolol – bodoh merupakan sinonim semirip.
Kontras juga dapat dibentuk melalui afiksasi seperti, non-, a-, anti, awa-, nir-, tan-. Contoh:
  • komunis >< nonkomunis
  • susila >< asusila
  • mapanisme >< antimapanisme
  • berawak >< awaawak
laba >< nirlabaMakna denotatif adalah makna sebenarnya atau makna yang memang sesuai dengan pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Kata makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut , dikunyah, dan ditelan. Arti kata makan tersebut adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga makna umum. Makna konotatif ialah bukan makna sebenarnya. Dengan kata lain, makna kias atau makna tambahan. Contoh kata putih bisa bermakna suci atau tulus tapi juga dapat bermakna menyerah atau polos. Penggunaan kata bermakna konotatif juga berkaitan dengan nilai rasa, baik nilai rasa rendah maupun tinggi. Contoh kata gerombolan dan kumpulan secara denotatif bermakna sama, yaitu kelompok manusia. Dua pasang kata tersebut meskipun bermakna denotasi sama, namun secara konotasi mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata gerombolan mempunyai nilai rasa yang rendah, sedangkan kata kumpulan bernilai rasa tinggi.
Jadi, kata gerombolan memiliki nilai rasa yang lebih rendah bahkan berkonotasi negatif dari kata kumpulan. Hal ini terbukti pada frasa gerombolan pengacau bukan kumpulan pengacau. Masih banyak kata yang secara denotatif memiliki kesamaan arti, namun konotasinya berbeda nilai rasa. Beberapa kata bahkan dapat dikonotasikan secara negatif, misalnya kata keb?aksanaan. Kata ini menurut arti yang sebenarnya adalah kelakuan atau tindakan arif dalam menghadapi suatu masalah. Tapi banyak penggunaan kata keb?aksanaan yang menyeleweng dari arti sebenarnya. Kata keb?aksanaan dikonotasikan dengan permintaan agar urusan dapat lancar. Hal yang sama terjadi juga pada pemakaian kata pengertian. Dalam kalimat “Pembagian kompor gas ini memang tidak dipungut bayaran, tapi kami mohon pengertiannya,” kata pengertian memiliki makna lain yaitu, minta imbalan walau sedikit dan sebagainya. Konotasi juga dapat memberikan nilai rasa halus dan kasar. Untuk sekelompok masyarakat pemakai bahasa tertentu, sebuah atau beberapa kata dapat bernilai rasa kasar, tapi pada kelompok masyarakat lainnya dirasakan biasa saja atau wajar saja, misalnya kata laki- bini untuk kalangan masyarakat Melayu dianggap biasa, namun untuk kalangan masyarakat intelek dianggap kasar.
Kata-kata berkonotasi halus disebut juga dengan istilah ameliorasi dan yang berkonotasi kasar disebut peyorasi. Kata-kata bernilai rasa halus biasa digunakan pada pemakaian bahasa dalam situasi resmi, sebaliknya kata-kata bernilai rasa kasar biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam suasana nonformal. Pada prosa fiksi khususnya cerpen atau novel populer, sering terdapat bentuk-bentuk percakapan sehari-hari atau bahasa gaul. Dalam sastra  populer, pengarang lebih bebas menggunakan kata-kata yang dianggapnya sesuai dengan karakter tokoh. Dalam bercerita pun, penulis populer lebih cenderung menyajikan bahasa yang segar dan komunikatif sesuai dengan peminat cerpen atau novel yang kebanyakan dari kalangan remaja. Hal itu juga untuk membangun latar atau suasana yang memang sesuai dengan tema-tema populer yang dipilihnya seperti tema tentang cinta, pergaulan remaja, atau permasalahan di sekolah.
Pada novel atau cerpen sastra, penggunaan bahasa lebih selektif. Dalam prosa sastra atau sastra klasik, bahasa termasuk menjadi faktor penentu kualitas pengarang dan karyanya yang masih menekankan unsur estetika. Bahasa yang dipergunakan akan menjadi ciri khas tersendiri dari pengarangnya dalam mengolah cerita. Penggunaan bahasa nonformal biasanya terdapat pada tema-tema tertentu yang memang mengusung latar budaya yang sesuai atau untuk percakapan tokoh yang memang memiliki karakter bicara seperti itu.
Contoh cerpen populer:
“Siang, sepulang sekolah, Olga dan Wina nongkrong di fastfood PI Mall. Olga sibuk membaca formulir penda????aran jadi penyiar di TV Swasta. Sedang Wina menemani sambil matanya jelalatan ngeceng cowok-cowok lewat. Suasana PI Mall siang itu cukup ramai. Ya, pusat pertokoan memang selalu ramai. Ramai oleh remaja. Yang kerjanya cuma window shopping. Ngelihat-lihat barang mewah tanpa punya duit buat beli. Mungkin karena memang sudah kehabisan hiburan yang kreatif. Ya, habis mau ngapain lagi? Ada tanah kosong sedikit, langsung dibikin plaza. Kayaknya rakyat Indonesia itu makmur banget. Senang buang-buang duit. Buktinya pusat belanja ada di mana-mana. Sampai ke daerah terpencil. Padahal kalo diliatliat, yang bisa beli orangnya yang itu-itu juga. Anak remaja lainnya sih Cuma numpang ngase (ngase lho, bukan ngaso! Maksudnya numpang ngademin di-AC).”
Contoh penggalan novel sastra nonpopuler:
Kabar untuk Sofi
Betul kaubilang, Sofi. Kata orang puisi adalah nurani. Demikianlah panyair-penyair di Negeri Bayang sepertimu akan disertai oleh para orang bernurani setiap mereka akan mati. Katamu, akan ada penyair yang saat kematiannya, orang tua dan anak muda yang berhati nurani pun akan menangis dan rela menjadi pelayatnya walau sebelumnya tak pernah mengenal biografi si penyair. Katamu, mereka akan mengantarkan jenazah si penggubah kata hingga ke lubang makam. Kau bilang suara doa, untaian puisi, lagu kerakyatan, akan terdengar saat tanah digali dan bunga-bunga akan segera menyusul. Bunga mawar dan bunga doa untuk kaummu, Sofie terkasih.
Puisi adalah nurani, bisikmu.
Demikianlah, kau yakin kata-kata akan menyusup ke telinga para penghuni kota yang menangis dan tersisih. Yang tertidur akan bangkit, karena tergugah oleh kata-kata perlawanan dari beberapa untai syair. Tapi engkau tahu. Betapa syair belum bisa menusuk kuping-kuping para penjaga pintu peradilan dan para pengawal gedung parlemen. Betapa pasal-pasal di kitab undang-undang negeri Bayang saja telah disulap menjadi untaian kata-kata tak bermakna yang orang-orang akan mudah terjebak oleh para pembuat undang-undangnya.
…………………….
(Dikutip dari cerpen Sihar Ramses Simatupang, Kompas, 28 Oktober 2007)
Pada puisi, penggunaan kata bermakna denotasi dan konotasi harus melalui penelaahan pada isi puisi keseluruhan. Diksi atau kata yang dipilih oleh penyair tidak berdiri sendiri. Sebuah kata dapat mengandung banyak makna karena prinsip kepadatan serta unsur ekspresi pada puisi. Penyair dapat saja mengungkapkan wanita yang dikasihinya dengan ungkapan bernilai rasa kasar seperti sebutan betina, tapi tidak berarti kekasihnya wanita nakal, malahan sebaliknya karena intensitas kemesraannya. Untuk puisi semua dapat sah-sah saja bergantung pada kemauan dan maksud penulisnya.
  • baku >< tanbaku
Bahwa setiap kata mempunyai arti masing-masing. Arti dari setiap kata tersebut jika dirangkai menjadi satu kalimat, maka kalimat tersebut memberikan arti tersendiri. Pengertian Makna sebuah kata tergantung cara Anda mengapresiasi isi dari kata atau kalimat. Pengertian ini sangat penting agar terjadi komunikasi efektif dari nara sumber dengan pembaca atau pendengarnya.
Seperti telah diketahui, dalam bahasa Indonesia sebuah kata dapat mempunyai kemungkinan dua makna, yaitu konotasi dan denotasi. Makna konotasi adalah makna kiasan dan makna denotasi adalah makna sesungguhnya dari semua kata atau kalimat. Dengan memahami pengertian makna denotasi, Anda dapat mengetahui isi atau tujuan yang hendak disampaikan oleh penulis kepada pembacanya.
Jika makna konotasi banyak dijumpai pada hasil karya fiksi, maka pengertian makna denotatif banyak Anda jumpai pada karya tulis nonfiksi. Kata-kata yang dipergunakan adalah sesuai dengan arti yang diharapkan oleh penulis. Tidak ada pembiasan, bahkan jika terjadi, maka kata-kata tersebut masuk dalam kelompok kata tidak efektif. Padahal dalam berbahasa Anda juga harus menerapkan prinsip ekonomi.
Peranan Makna Denotasi dalam Kemasyarakatan
Bahasa adalah alat komunikasi aktif dan pasif dalam kehidupan sosial dan budaya. Dengan bahasa, maka Anda dapat memahami eksistensi diri sendiri dan orang lain. Dengan bahasa, maka Anda akan mengerti segala hal yang diinginkan oleh seseorang. Secara cepat Anda dapat mengetahui setiap apa yang diharapkan bersama. Kata-kata yang mempunyai pengertian makna denotasi benar-benar membantu Anda untuk dapat mencerna setiap kata.
Komunikasi antar personal dalam kehidupan memang menuntut saling  pengertian dari setiap pihak. Tanpa pengertian, tentunya yang terjadi adalah kesimpangsiuran persepsi dan apresiasi. Hal ini sangat berbahaya sebab dapat menghancurkan sebuah peradaban. Ketiadaan pengertian makna denotasi menyebabkan perbedaan penafsiran atas sebuah informasi.
Jika kata-kata yang disampaikan adalah kata-kata bersayap. Maka setiap orang mempunyai pengertian yang berbeda. Akibat pengertian berbeda ini, maka setiap orang memberikan tanggapan yang berbeda. Jika masing-masing orang berbeda pendapat untuk satu arti yang seharusnya sama, bagaimana hidup ini. Jika satu orang dengan orang lain berlainan makna, maka kehidupan tidak pernah dapat tenang.
Oleh karena itulah, dalam komunikasi dengan orang lain, Anda seharusnya mempergunakan kata-kata dengan pengertian makna denotasi daripada konotasi. Pemakaian bahasa dalam interaksi sosial di masyarakat adalah untuk kesepahaman, bukan keindahan.
Kata-kata di dalam informasi tidak boleh konotatif sebab sangat terkait dengan kemampuan mengapresiasi. Dan lagi, karena sebuah informasi, maka semua harus jelas dan  mudah di mengerti. Oleh karena itu kata-kata yang dipergunakan adalah kata yang mempunyai pengertian makna denotatif, yaitu kata-kata yang mempunyai arti sesungguhnya dan bukan kiasan.
Penggunaan Kata dalam Bidang Ilmiah
Ketika menghadapi permasalahan dalam kehidupan masyarakat, maka sebagai seorang intelektualis, Anda akan terpanggil untuk ikut mencari solusi pemecahannya. Oleh karena itulah, Anda pun akan berkeinginan menyusun berbagai karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah inilah yang selanjutnya dijadikan sebagai langkah pembahasan dan penentuan kondisi akhir yang diharapkan dapat menjadi solusinya. Untuk itu, Anda akan membutuhkan kata-kata yang gampang dipahami oleh masyarakat. Kata-kata yang dimaksudkan harus mengandung pengertian makna denotatif.p
Dalam bidang ilmiah, segala hal dituntut untuk jelas dan mudah dipahami sehingga menggunakan kata-kata yang rumit sungguh sangat menghambat proses. Masyarakat pasti kesulitan memahami setiap kata atau kalimat yang dipergunakan dalam karya tulis ilmiah tersebut. Apalah artinya karya tulis jika masyarakat tidak mampu memahaminya. Oleh karena itulah, untuk menyusun karya tulis ilmiah sebaiknya Anda mempergunakan kata-kata yang mempunyai pengertian makna denotatif saja. Kata-kata tersebut jelas, lugas, sederhana, familiar bagi semua orang serta langsung mengarah pada tujuannya.
Karya tulis ilmiah bertujuan untuk memberikan berbagai informasi kepada masyarakat sehingga mereka memahami kejadian yang ada. Karya tulis ini merupakan sarana pembahasan masalah yang ditindaklanjuti dengan penelitian dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan. Secara teoritis, terlihat bahwa karya tulis ilmiah ini sangat rumit dan sulit dipahami. Anda harus menghapus imej tersebut agar masyarakat familiar dengan segala macam karya tulis. Dan, agar mudah dipahami oleh masyarakat, maka setiap kata harus mempunyai pengertian makna denotatif.
Pengertian makna memang sangat penting dalam setiap komunikasi antar personal. Dengan pengertian makna yang tepat, maka isi komunikasi benar-benar dapat efektif dan berguna bagi setiap personal. Oleh karena itulah, maka pada saat Anda melakukan proses interaksi berupa komunikasi lisan maupun tertulis, semua kata atau kalimat yang dipergunakan harusnya yang mudah dimengerti dan dipahami oleh semua orang. Anda perlu mengetahui bahwa banyak proses interaksi gagal sebab kesalahpahaman atas isi yang dikomunikasikan. Jika terjadi seperti itu, maka percumalah segala yang telah Anda lakukan.

   Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frase klausa atau kalimat).
Contoh:
rumah                    : bangunan untuk tempat tinggal manusia
makan                    : mengunyah dan menelan sesuatu
makanan               : segala sesuatu yang boleh dimakan
Makna leksikal kata-kata tersebut dimuat dalam kamus. Makna gramatikal (struktur) ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatikal (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan).
Contoh:
berumah                                : mempunyai rumah
rumah-rumah       : banyak rumah
rumah makan       : rumah tempat makan
rumah ayah          : rumah milik ayah

B.      Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau makna dasarnya.
Contoh:
merah                    : warna seperti warna darah.
ular                         : binatang menjalar, tidak berkaki, kulitnya bersisik.
Makna konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambar tertentu.
Contoh:
Makna dasar                                        Makna tambahan
(denotasi)                                              (konotasi)
merah    : warna   ……………………….    berani; dilarang
ular         : binatang  ……………………..menakutkan/ berbahaya
Makna dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan, memang sama, yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan pekerja bernilai rasa rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai rasa tinggi.
Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu konotasi positif dan konotasi negatif.
Contoh:
Konotasi positif                                    Konotasi negatif
suami istri                                              laki bini
tunanetra                                               buta
pria                                                         laki-laki
Kata-kata yang bermakna denotatif tepat digunakan dalam karya ilmiah, sedangkan kata-kata yang bermakna konotatif wajar digunakan dalam karya sastra.

C.      Hubungan Makna
1.       Sinonim
Sinonim ialah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Contoh:
a.       yang sama maknanya
sudah  -  telah
sebab  -  karena
amat    -  sangat
b.       yang hampir sama maknanya
untuk – bagi – buat – guna
cinta – kasih – sayang
melihat – mengerling – menatap – menengok
2.       Antonim
Antonim ialah kata-kata yang berlawanan maknanya/ oposisi.
Contoh:
besar      ><  kecil
ibu          ><  bapak
bertanya                >< menjawab
3.       Homonim
Homonim ialah dua kata atau lebih yang ejaannya sama, lafalnya sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh:
bisa I      : racun
bisa II     : dapat
kopi I      : minuman
kopi II     : salinan
4.       Homograf
Homograf adalah dua kata atau lebih yang tulisannya sama, ucapannya berbeda, dan maknanya berbeda.
Contoh:
tahu        :  makanan
tahu        :  paham
teras       :  inti kayu
teras       :  bagian rumah
5.       Homofon
Homofon ialah dua kata atau lebih yang tulisannya berbeda, ucapannya sama, dan maknanya berbeda.
Contoh:
bang dengan bank
masa dengan massa
6.       Polisemi
Polisemi ialah suatu kata yang memilki makna banyak.
Contoh:
a.       Didik jatuh dari sepeda.
b.       Harga tembakau jatuh.
c.        Peringatan HUT RI ke-55 jatuh hari Minggu.
d.       Setiba di rumah dia jatuh sakit.
e.       Dia jatuh dalam ujiannya.
7.       Hiponim
Hiponim ialah kata-kata yang tingkatnya ada di bawah kata yang menjadi superordinatnya/ hipernim (kelas atas).
Contoh:                  Kata bunga merupakan superordinat, sedangkan mawar, melati, anggrek, flamboyan, dan sebagainya merupakan hiponimnya. Hubungan mawar, melati, anggrek, dan flamboyan disebut kohiponim.

D.      Makna Idiomatis
Idiom ialah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frase) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan unsur makna yang membentuknya.
Contoh:
                    (1) selaras dengan              (2) membanting tulang
      insaf akan                              bertekuk lutut
      berbicara tentang                 mengadu domba
Pada contoh (1) terlihat bahwa kata tugas dengan, akan, tentang, dengan kata-kata yang digabungkannya merupakan ungkapan tetap. Jadi, tidak tepat jika diubah atau digantikan, misalnya menjadi:
                                selaras tentang
insaf dengan
berbicara akan
Demikian pula contoh (2), idiom-idiom tersebut tidak dapat diubah misalnya menjadi:
membanting kulit
bertekuk paha
mengadu kambing

E.       Perubahan Makna
1.       Perluasan Makna (generalisasi)
Perluasan makna ialah perubahan makna dari yang lebih khusus atau sempit ke yang lebih umum atau luas. Cakupan makna baru tersebut lebih luas daripada makna lama.
Contoh:
makna lama                                          makna baru
bapak: orang tua laki-laki                  semua orang laki-laki yang lebih tua atau berkedudukan lebih tinggi.
saudara: anak yang sekandung       semua orang yang sama umur/ derajat.

2.       Penyempitan Makna (Spesialisasi)
Penyempitan makna ialah perubahan makna dari yang lebih umum/ luas ke yang lebih khusus/ sempit. Cakupan baru/ sekarang lebih sempit daripada makna lama (semula).
Contoh:
makna lama:                                                         makna baru:
sarjana                  : cendikiawan       .               lulusan perguruan tinggi
pendeta                 : orang yang berilmu           guru Kristen
madrasah              : sekolah                                sekolah agama Islam

3.       Peninggian Makna (ameliorasi)
Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tingg/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna lama.
Contoh:
makna lama:                                                         makna baru:
bung       : panggilan kepada orang laki-laki  panggilan kepada pemimpin
putra       : anak laki-laki                                      lebih tinggi daripada anak

4.       Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya daripada makna lama.
Contoh:
makna lama:                                                         makna baru:
bini: perempuan yang sudah dinikahi             lebih rendah daripada istri/ nyonya
bunting: mengandung                                        lebih rendah dari kata hamil

5.        Persamaan (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna lama dan makna baru.
Contoh:
makna lama:                                         makna baru:
amplop  : sampul surat                       uang sogok
bunga    : kembang                             gadis cantik
Mencatut: mencabut dengan catut   menarik keuntungan

6.       Pertukaran (sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke indera pendengar, dan sebagainya.
Contoh:
suaranya terang sekali       (pendengaran penglihatan)
rupanya manis                     (penglihat perasa)
namanya harum                  (pendengar pencium)

F.       Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal, sedangkan kata khusus ialah kata yang sempit/ terbatas ruang lingkupnya.
Contoh:
Umum        :   Darta menggendong adiknya sambil membawa buku dan sepatu.
Khusus      :   Darta menggendong adiknya sambil mengapit buku dan sepatu.
Umum        :   Bel berbunyi panjang tanda pelajaran habis.
Khusus      :   Bel berdering panjang tanda pelajaran habis.


0 komentar:

Post a Comment